Selasa, 30 November 2010

Ingat Waktu, Sadar Tempat, Sadar Penghuni

Jika Anda adalah orang yang aktif dalam organisasi hendaknya sadar dengan lingkungan di manapun Anda berada. Jangan sampai hal yang baik (organisasi) menjadi buruk karena ketidak sadaran dari para pelaku organisasi.
Misalnya jika Anda menggunakan suatu tempat untuk berdiskusi yang mana tempat itu adalah tempat yang juga ditinggali oleh selain dari anggota organisasi tersebut Anda harus sadar waktu, sadar tempat, dan sadar-sadar yang lain. Jangan sampai mengganggu warga tempat tersebut. Mungkin Anda tidak tahu apakah warga di tempat tersebut menerima kedatangan Anda atau tidak. Oleh karena itu alangkah baiknya jika Anda menggunakan tempat lain yang di situ tidak mengganggu siapapun.
Diamnya orang bukan berarti dia tidak ingin tahu apa yang Anda bicarakan tetapi bisa juga orang tersebut marah atau tidak suka dengan apa yang Anda bicarakan. Hati orang tak ada yang tahu kecuali Tuhan dan orang itu sendiri.

Minggu, 07 November 2010

Bukannya Subhanallah Tetapi Malah Astaghfirullah

Ini cerita ketika aku dan Nanang Shalat berjamaah Ashar. Waktu itu aku yang jadi imam. Tapi dasarnya saya ini pelupa jadi ketika setelah sujud di rakaat ketiga, e...bukannya berdiri ke rakaat keempat malah aku langsung tahiyat akhir. Di sini ada yang lucu, ketika aku mulai duduk tahiyat akhir aku mendengar Nanang ngomong:
Nanang: "Astaghfirullah...astaghfirullah."
Dalam hati aku bingung, ini kok Nanang ngucap Astaghfirullah dalam bacaan Shalat, emang ada? Atau barangkali dia susah duduk karena kakinya sedang sakit jadi dia merasa kesakitan sehingga spontan ngucap Astaghfirullah.
Tapi aku tak sadar dan tetap melanjutkan tahiyat akhir hingga salam. Setelah salam selesai Nanang berdiri sambil menepuk bahuku,
Nanang: "Dip, kurang siji. Temenan."
Aku: "Opo yo, lha terus pye?"
Nanang: "Yo tambahi sak rakaat, ben pas."
Aku: "Ngarangmu, lha kowe kok mau ra muni Subhanallah?"
Nanang: "Aku muni og...."
Aku: "Udu... Kowe mau muni Astaghfirullah."
Nanang: "Iyo deng... Hahahahahaha... Lha terus pye?"
Aku: "Ben mantep baleni dek pertama maneh."
Mas Dalhar yang nggak ikut jamaah pun akhirnya turun tangan.
Dalhar: "Ho... Doso lho."
Dan kami pun akhirnya memutuskan untuk mengulangi Shalat Ashar.
Aku: "Ayo Nang."
Dan di Shalat Ashar yang kedua ini akhirnya kami berhasil sampai salam akhir tanpa ada yang lupa lagi.
Alhamdulillah.

Sendok VS Sendok

Suatu hari sepulang kuliah cuaca terasa sangat panas dan perut terasa lapar, aku pun tak sanggup menahan harumnya aroma makanan yang berasal dari sebuah rumah makan kecil di sekitar boarding house mahasiswa UNS. Akhirnya aku putuskan untuk masuk ke RM tersebut, kebetulan di tas masih ada sisa uang.
Mas: "Monggo Mas... (sambil senyum)"
Aku: "Hmmm... (membalas senyuman).
Sambil lihat daftar menu dan harga. Dan harga yang paling cocok adalah nasi telur.
Aku: "Mas, nasi telur kaliyan es teh."
Mas: "O...nggih. Sekedap Mas."
Aku pun duduk sambil menunggu pesananku datang. Ku pandangi gorengan yang tertata rapi di atas piring seakan-akan memintaku untuk mengambil salah tiga dari mereka. Tak beberapa lama, pesanan pun datang.
Mas: " Niki Mas, monggo..."
Sepiring nasi tanpa sendok dan garpu serta segelas es teh telah berada di hadapanku. Tanpa pikir panjang dan secara tak sadar aku langsung mengambil sendok dan 'garpu (menurut perasaanku)' dan langsung menyantap makanan tersebut.
Dengan lahap aku menyantap makanan tersebut sambil sesekali menyeruput es teh yang terasa sangat segar karena cuaca di luar sangat panas. Hingga makanan itu hampir habis aku belum juga sadar keadaan makanku itu seperti apa.
Setelah makanan itu habis dan aku akan menyilangkan sendok dan 'garpu (menurut perasaanku)' aku baru sadar dan melihat secara nyata bahwa yang ku gunakan untuk makan tadi itu ternyata bukan sendok dan garpu, melainkan sendok dan sendok. Tapi mengapa dari tadi saat tangan kiriku menusuk telur dan tangan kananku mengiris telur aku sama sekali tak merasa dan seakan tak melihat bahwa itu SENDOK VS SENDOK. Saat itu juga aku tersenyum sendiri sambil tengak-tengok kanan kiri apakah ada orang yang melihat makanku tadi. "Semoga saja tak ada orang yang melihat makanku tadi."
Tugas selanjutnya yaitu bagaimana caranya agar mas pelayan tadi nggak ngelihat di piringku ini tersilang dua sendok. Akhirnya ide bodoh pun keluar dari pikiranku yaitu aku putuskan untuk mengambil garpu dan menyilangkannya dengan salah satu sendok. Dan sendok yang lain secara diam-diam dan terskenario ku jatuhkan dan kemudian ku ambil dan ku letakkan di samping piring tersebut.
Karena lapar atau capek atau ngantuk atau gimana aku tak tahu pasti penyebabnya mengapa aku mengambil SENDOK VS SENDOK, bukan SENDOK VS GARPU. Yang pasti rasa maluku atas hal itu tak diketahui oleh orang sekitar yang makan dan mas pelayan. Pokoknya asal kenyang saja.