Setiap orang mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda,
entah itu yang baik ataupun yang buruk. Alangkah baiknya kebiasaan-kebiasaan
yang positif itu untuk terus dilanjutkan dan dikembangkan untuk kebaikan
pribadi maupun orang lain. Sedangkan kebiasaan yang buruk sebisa mungkin untuk
tidak semakin menjadi hal yang membudaya dan terus dilakukan, meskipun namanya
kebiasaan akan tetapi jangan dibiasakan
karena memang tidak menghasilkan suatu hal yang bermanfaat.
Saya menulis kalimat di atas bukan berarti saya sok
bijak atau apa karena saya juga mempunyai banyak kebiasaan buruk—yang sampai
sekarang masih terus saya lakukan. Ini sekedar untuk bahan refleksi dan
diharapkan bisa menjadi sebuah motivasi tersendiri bagi diri saya yang seperti
ini.
Jujur, saya belum bisa istiqomah dalam banyak hal.
Baik itu berkaitan dengan ibadah—karena saya sebagai hamba Tuhan, menuntut ilmu
(kuliah), dan hal-hal lain baik itu bersifat sosial ataupun individu saya
sendiri.
Bangun pagi
Sejak kecil dulu memang kebiasaan susah bangun
pagi—waktu Subuh. Bisa dibilang selalu dibangunkan secara paksa oleh orang tua,
terutama oleh Ibu. Melawan bujuk rayu setan itu memang tidak gampang untuk
orang semacam saya. Minal jinnati wannaas
(QS. Annas:6). Akan tetapi terkadang
jika sedang sadar berada di jalan yang tepat atas inisiatif sendiri bangun
tanpa paksaan dari Ibu. Intinya bagi saya istiqomah itu tidak mudah, bahkan
sangat sulit. Tetapi berupaya untuk istiqomah itu pasti.
Begadang
Terutama semenjak masuk dunia kuliah saya sering melakukan
aktivitas ini yang padahal jarang ada manfaatnya, ya saya mengakui itu. Betul
sekali apa yang dikatakan Bang Haji yang sekarang kabarnya dicalonin jadi
capres dari sebuah partai yang sedang kisruh #eh.
Begadang
jangan begadang kalau tiada artinya...
Begadang
boleh saja asal ada perlunya...
Setuju sekali Bang! Tapi kenapa saya begadang terus
menerus? Oke, kadang begadang yang saya lakukan bukan sembarang begadang.
Nah, ini yang ingin saya ceritakan tentang sebuah
kisah klasik seputar begadang. Ini lebih kepada efek yang ditimbulkan dari
begadang yang saya lakukan tadi malam.
Jadi begini ceritanya. Sebagai seorang mahasiswa
jurusan Teknik Sipil yang secara beban kuliah dan tugasnya (mungkin) lebih
tinggi sedikit dibanding jurusan lain terutama sosial—agaknya orang lain
mengakui ini, saya dan ribuan teman lain seantero dunia terkadang merasa
keteteran dengan semua itu. Harus pandai dalam membagi waktu untuk kuliah dan
tugas, organisasi, mungkin ada juga yang mencari tambahan uang saku, keluarga
bagi yang sudah berkeluarga, dan yang lainnya. Saya sangat mengakui bahwa itu
memang tidak mudah saudara-saudara.
Deadline,
sebuah kata yang tentunya menjadi momok yang menakutkan bagi mahasiswa—Teknik
pada khususnya. Sering kali muncul pertanyaan dalam diri sendiri, kenapa tidak
mengerjakan tugas sejak jauh-jauh hari saja? Kan nanti bisa santai dan yang
jelas tidak ada istilah dikejar deadline.
Pertanyaan seperti itu seakan-akan akhirnya menjadi penyebab utama terjadinya
perang dunia ghaib terbesar antara malaikat dan iblis yang ada di dalam diri
kita. Dan berdasarkan survey yang saya lakukan secara abstrak terhadap beberapa
pelaku kejahatan menunda tugas (deadliner)
saya mendapatkan jawaban yang sangat valid dan belum ada yang bisa
menyanggahnya, yaitu OTAK KITA AKAN LEBIH BEKERJA SECARA MAKSIMAL DAN OPTIMAL
JIKA DALAM KONDISI TERTEKAN, MAKA KITA MEMILIH ITU YANG SUDAH JELAS HASILNYA.
Oke silakan dicermati dan dinilai sendiri apakah itu baik atau sebaliknya.
Dari ribuan mahasiswa yang tersebar di seantero
jagat ini saya termasuk salah satu yang ada di dalamnya, dan bahkan yang
menyuarakan dengan lantang dan mengkampanyekan secara aktif argumen tersebut
#eh.
Gara-gara saya—dan teman-teman—menunda tugas satu
mata kuliah jadi ceritanya tadi malam menjadi malam sangat fenomenal, ketika
semua lampu di tiap kamar, laptop, kalkulator, mata, dan juga otak menyala
sampai larut bahkan sampai subuh. Bukan menonton film atau nge-game akan tetapi semuanya mengerjakan
tugas tersebut secara serentak dan fokus penuh khidmat tentunya.
Ketika teman-teman hanya mengerjakan satu tugas
mata kuliah tersebut saya tidak, saya harus belajar juga untuk ujian esok
harinya, jadi secara beban moral saya kali ini sedikit lebih berat.
Demi meminimalisir biaya yang keluar dalam
pengerjaan tugas tersebut saya rela hijrah sebentar ke tempat teman untuk
sekedar numpang nge-print. Sampai
adzan Subuh berkumandang saya belum juga menyelesaikan tugas itu. Dengan
keterbatasan tenaga yang saya miliki akhirnya saya putuskan untuk menghentikan
pekerjaanku, yang belum saya selesaikan saya biarkan saja nanti bisa disusul
lain waktu. Setelah melakukan Salat Subuh saya pun memutuskan untuk pulang.
Tapi tidak berniat untuk tidur karena sangat berisiko bagi orang seperti saya,
bisa kebablasan. Karena mengingat jam setengah 8 ada ujian.
Nasib memang nasib, ketika jam sudah menunjukkan
pukul 7 yang padahal saya ingin bergegas untuk mandi malah saya ketiduran.
Maklum karena saking capek dan ngantuknya diri ini. Tidak ada satu orang pun di
sekitarku yang membangunkan karena tidak ada yang tahu jadwalku hari ini.
Kemudian dengan tanpa dosa aku pun tersadar dan terbangun, langsung melihat jam
dan ternyata sudah jam 9.51. Oke, tentunya menangis dengan sekeras-kerasnya
adalah hal yang sangat wajar dalam kondisi seperti ini.
Beberapa pesan di handphone ku buka. Dan saya pun langsung menanyakan kepada seorang
teman mengenai ujian hari ini yang harusnya dilaksanakan jam setengah 8. Dia
menjawab bahwa tidak jadi ujian karena dosen tidak hadir. Alhamdulillah...
*masih dalam kondisi menangis
Tapi masih ada hal lain yang sangat penting, yakni
tugas yang ku kerjakan semalaman suntuk sampai pagi yang sangat menguras
tenaga, biaya, dan pikiran itu akan dicek oleh dosen pada kuliah jam 9.15. Dan
waktu sudah tidak mungkin bisa mundurkan, sudah memasuki jam 10. Pasrah saja,
ikhlaskan saja. Jangan sesali apapun itu, segala yang saya kerjakan itu tidak
pernah ada yang sia-sia, saya yakin itu. Tidak masalah saya tidak dapat nilai
(sebenarnya sangat jadi masalah -_-), toh itu hanya dicek saja, belum
dikumpulkan. Tapi yang aku kerjakan semalam itu...sudah, semuanya tidak ada
yang sia-sia, ingat itu. Ini memang kesalahanku. Memaksakan diri untuk tidak
tidur demi mengerjakan tugas tapi malah tidak berangkat kuliah. Ya Tuhan
ampunilah dosa hamba-Mu ini.
Itulah bagian dari kebiasaan buruk yang saya
miliki. Bagaimanapun itu saya akui memang sangat tidak baik, begadang hingga
akhirnya susah bangun pagi atau bangun tepat waktu. Segala upaya koreksi dan
pembenahan diri pastinya terus saya lakukan demi kebaikan diri saya ini.
Maka dari itu segala kebiasaan yang memang dianggap
buruk dan pasti tidak menghasilkan manfaat yang jelas lebih baik ditinggalkan
saja.
Muhasabatunnafsi dan selalu berusaha untuk istiqomah dalam kebaikan...
Salam Menulis!
Ditulis pada (5/12) di Mbah Tinet Boarding House.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang keras memberi komentar yang berbau SARA dan hal Porno.