Rabu, 01 Desember 2010

Menentang Kebijakan Bupati Wonogiri

Pada tanggal 26 Nopember 2010 yang lalu tepatnya pada pukul 20.00 WIB di Wisma Seni, Taman Budaya Jawa Tengah. Diadakan kumpul-kumpul antara budayawan Kota Solo dan para warga yang berminat, termasuk mahasiswa. Pada kesempatan itu hadir pula Gusti Pangeran Benowo dan juga dhalang kondang Ki Manteb Sudharsono.
Dalam pertemuan itu membahas dua permasalahan. Yang pertama tentang "Revolusi Budaya Kota Solo" yang diwacanakan oleh walikota, Djoko Widodo. Dan yang kedua yakni tentang "Rencana Penghapusan Ritual-ritual Adat Jawa (seperti: Larung Saji, Sedekah Bumi, dan lain sebagainya) oleh Bupati Wonogiri yang baru dilantik, Pak Danar.
Dari kedua permasalahan tersebut yang paling disorot tentunya masalah yang kedua. Karena jelas menyangkut adat Jawa.
Berdasarkan informasi dari salah satu wartawan yang ikut hadir dalam acara pada malam hari itu mengatakan bahwa siang hari sebelumnya dia ke Wonogiri dan dia mengatakan bahwa situasi di Wonogiri sekarang ini mencekam, bahkan dia juga mengatakan bahwa warga Wonogiri sudah siap tempur apapun yang terjadi.
Pada tahun-tahun sebelumnya jika ingin mengadakan acara seperti sedekah bumi mereka tinggal meminta dana dari pemerintah namun sekarang mereka tak berani memberitakan secara luas jika ingin mengadakan acara semacam itu. Kini mereka secara swadaya membuat dan mengajukan proposal pengadaan kegiatan dan meminta dana kepada warga yang dinilai cukup mampu secara ekonomi.
"Ojo seru-seru Mas nek arep ngomong masalah sedekah bumi, saiki ning kene siutasine wis angel. Pemerintah wis mulai nglarang anane acara koyo kwi." Jawab warga berdasarkan info dari wartawan itu yang menanyakan masalah sedekah bumi kepada warga Wonogiri.
Bupati Wonogiri yang didukung dari parta PPP, Gerindra, dan PAN ini diduga terlibat kontrak politik dengan partai yang membawanya yang mungkin membumbui ajaran 'Islam fundamentalis' kepada Bupati sehingga dimasukkan ke dalam program kerja pemerintahan Kabupaten Wonogiri. Islam yang keras yang melarang segala macam bentuk kegiatan yang mengarah kepada kesyirikan. Padahal masalah syirik itu tergantung pada niat orang yang melakukannya.
Menurut pernyataan salah seorang budayawan yang hadir bahwa Danar (Bupati terpilih Wonogiri) itu suka perdukunan tapi mengapa sekarang dia malah mengharamkan hal itu, ini berarti mengindikasikan bahwa dia benar-benar menjalankan kontrak politik dari partai penyokongnya.
Ki Anom Suroto juga ikut berpendapat, "Budaya dan Agama itu lebih dulu budaya. Keduanya berjalan berdampingan tapi tak dapat dipisahkan karena keduanya sangat berkaitan." Beliau mengutarakan pendapatnya dari perspektif profesinya sebagai seorang budayawan dan dhalang. "Bumi itu tempat kita berpijak, tempat buang hajat, tempat mencari nafkah untuk hidup, masa kita mau menyedakahinya sebagai rasa syukur kepada Allah kok dilarang, diharamkan. Memang agama mengajarkan demikian." Ujar beliau. Intinya beliau menolak dan menentang kebijakan Bupati tersebut.
Wacana tersebut awalnya mencuat ketika dalam suatu surat kabar tertulis bahwa Bupati Wonogiri mengharamkan Larung Saji, Sedekah Bumi, dan ritual adat Jawa lainnya. Dari situ akhirnya para budayawan Kota Solo bergerak dan bermaksud untuk mengadakan audiensi untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang keras memberi komentar yang berbau SARA dan hal Porno.