Selasa, 08 Februari 2011

Elitnya PVJ (Paris Van Java) dan Merakyatnya Pasar Baru Bandung

Kamis, 3 Pebruari 2011 hari pertama kami liburan di Bandung. Pukul 13.00 WIB kami bertiga, saya, Hendri, dan Irzam pamit kepada kakakku untuk jalan-jalan keliling Kota Kembang Bandung. Dengan menggunakan angkot kami pun menuju ke PVJ (Paris Van Java). Mungkin karena Bandung itu dianggap sebagai pusat mode di Indonesia sehingga mall tersebut dinamakan PVJ, kalau orang bilang, Parisnya Jawa. Memang benar, melihat keglamoran Kota Bandung dan masyarakatnya pantas jika Bandung disebut sebagai Parisnya Indonesia.
Hari itu adalah hari raya Imlek, sehingga nuansa Imlek dengan hiasan lampion dan ornament serba merah menghiasi PVJ dan semakin menambah kesan megah dan elitnya PVJ sendiri. Mayoritas orang-orang yang datang ke situ adalah warga Tiong Hoa. Entah mengapa mereka memilih PVJ.
Rasa kagum, heran, dan takjub bercampur baur di pikiranku. Betapa elitnya PVJ, sepanjang outlet yang kami lihat rasanya itu bukan wilayah kami, malu sendiri jika ingin masuk. Dari satu sudut ke sudut lain segala barang mewah mulai dari pakaian hingga perabot rumah tangga mendominasi PVJ.
Ternyata di PVJ ku temukan Manchester United Café Bar. Bangunannya dibuat khas mirip bangunan Stadion Old Trafford markas setan merah. Dengan susunan batu bata merah tanpa disemen ulang dan tanpa cat. Kursi-kursi café yang dibuat seperti banch (bangku cadangan) Stadion Old Trafford ditambah galeri foto dan juga jersey United yang dipajang di dalam café tersebut semakin menambah kesan elit sebuah café. Aku dan Hendri yang juga Manchunian sejati tak ingin melewatkan momen di café tersebut. Kami berdua menyempatkan berfoto di salah satu sudut café yang di jendelanya terpampang gambar Old Trafford serta deskripsinya dalam Bahasa Inggris. Irzam yang notabene bukan Manchunian tetapi Romanisti ku suruh untuk memotret kami. Dia sebetulnya juga ingin foto di situ tetapi dia gengsi masa’ seorang Romanisti berfoto di café United.
Setelah keliling PVJ dan tanpa membeli satu barang pun kami akhirnya kembali melanjutkan perjalanan kami berkeliling Kota Kembang. Kali ini tujuannya adalah Pasar Baru. Pasar yang terkenal hingga seantero Indonesia. Dengan menggunakan angkot kami menuju ke sana.
Sesampainya di sana aku pribadi merasa heran, ternyata dugaanku tentang Pasar Baru salah. Tadinya aku berpikir kalau Pasar Baru itu mewah dan megah, ternyata sama seperti Pasar Klewer yang biasa ku lihat. Berbagai pakaian baik grosir maupun eceran lengkap di sana. Berbeda dengan PVJ yang sangat mewah dan elit, Pasar Baru condong merakyat. Barang-barang yang dijual pun adalah barang-barang dengan level harga ekonomi menengah ke bawah.
Tetap saja kami bertiga bingung mau membeli apa, saking banyaknya pakaian dari kaos hingga jaket. Padahal dana sih ada. Dari lantai bawah hingga atas kami tidak membeli satu pun barang. Malahan kami hanya mencoba menggunakan lift saja, maklumlah orang desa. Di daerah kami tak ada lift seperti itu. Tawa bodoh dari kami mungkin membuat orang lain heran melihat kami. Mungkin mereka menganggap kalau kami ini benar-benar orang desa yang katro. Naik lift saja bingung.
Tak apalah orang mau berkata apa, yang penting kami dapat berkeliling Kota Kembang. Dari PVJ yang sangat elit hingga Pasar Baru yang merakyat sudah kami kunjungi. Tinggal wisata alamnya yang nantinya juga akan kami kunjungi.
Itulah sedikit cerita perjalan kami berkeliling Kota Kembang Bandung.

2 komentar:

Dilarang keras memberi komentar yang berbau SARA dan hal Porno.