Ahmad
Rosyiq namanya, dia adalah adikku. Seorang mahasiswa jurusan Teknik Informatika
(IF) di Institus Teknologi Telkom Bandung. Dia adalah seorang yang mempunyai
mimpi dan cita-cita yang tinggi. Aku yakin dengan sepenuh hati dia adalah orang
yang mempunyai keinginan yang kuat untuk mewujudkan cita-citanya.
Cita-citanya
ingin kuliah di ITB memang tidak tercapai, namun di ITT yang juga merupakan
salah satu institut teknologi yang bisa diunggulkan dalam tiap jurusannya mampu
memunculkan semangat baru untuk masa depannya. Aku yakin padamu!
Kala
itu memang kondisi ekonomi keluargaku sedang down. Bapakku sudah
tidak seperti dulu lagi, kini dia hanya sebagai seorang buruh jahit pakaian.
Beliau menerima orderan pakaian dari rekan-rekan ibuku.
Sedangkan sumber ekonomi bisa dibilang hanya dari ibuku. Seorang PNS yang dengan banyak hutang mampu menjadi tumpuan keluarga. Aku yang masih duduk di semester 4 sebuah PTN di Kota Solo belum mampu membantu meringankan beban berat kedua orang tuaku.
Sedangkan sumber ekonomi bisa dibilang hanya dari ibuku. Seorang PNS yang dengan banyak hutang mampu menjadi tumpuan keluarga. Aku yang masih duduk di semester 4 sebuah PTN di Kota Solo belum mampu membantu meringankan beban berat kedua orang tuaku.
Semua
orang tahu kalau kehidupan di Bandung itu tidak murah. Mahalnya biaya hidup dan
biaya kuliah sempat membuat pesimis keluarga terutama ibu. Namun berkat
dukungan dari saudara-saudara akhirnya ibu pun semakin yakin bahwa Allah pasti
akan memberi kemudahan bagi hambanya yang mau berusaha dan berdoa.
Memang
terlihat jelas perbedaan adikku dengan teman-teman sejurusannya. Kebanyakan
memang anak dari keluarga berpunya, yang mempunyai kesiapan lebih secara
ekonomi. Rosik -biasa aku memanggilnya- di sana menempati rumah kakak sepupuku.
Dia memang diminta untuk menemani istri dan anak kakakku yang masih bayi.
Melihat biaya kost di
sekitar kampus ITT yang memang mahal jelas tidak memungkinkan bagi keluargaku
untuk membiayainya. Kemungkinan dia sampai akhir kuliah nanti menempati rumah
kakakku yang memang jarang di rumah karena tugasnya sebagai seorang polisi di
sana.
Aku
sebagai seorang kakak yang berusaha memberi perhatian kepada adik memang sering
memantau kegiatan kuliahnya. Sering ku ketahui tentang kesulitan-kesulitannya
di sana terutama mengenai keuangan. Sebenarnya aku tidak tega melihat kondisi
seperti itu.
Kadang
uang bulanannya sudah habis di tengah bulan karena memang banyak keperluan yang
tidak terduga. Aku tahu karena aku juga seorang mahasiswa. Dia pun mengabariku
jika memang butuh biaya, syukur waktu itu aku memang mempunyai uang lebih
akhirnya bisa ku berikan padanya, meskipun tak banyak. Bersyukur sekali aku
kuliah dibiayai negara sehingga bisa sedikit mengurangi beban orang tua.
Berbagai
kesulitan memang sering kali dia dapatkan. Dan kali ini yang membuatku sedih
adalah ketika HPnya hilang di rumah. Aku tahu itu dari ibu. Ketika dia pulang
ke rumah dan berkunjung ke rumah saudaraku HPnya entah terselip dimana, sampai
sekarang belum juga ketemu. Memang kala itu dia ceroboh sehingga HPnya bisa
hilang. Karena tak punya cukup biaya untuk membeli HP akhirnya sampai
sekarang pun dia belum mempunyai HP. Jelas komunikasi dengan teman-temannya pun
terputus. Padahal aku tahu bahwa dia sedang dibutuhkan untuk suatu acara
organisasi di kampusnya. Di zaman seperti sekarang ini HP memang menjadi suatu
piranti yang sangat penting, keberadaanya sangat membantu siapapun yang
menggunakannya.
Malam
ini ku coba membuka akun twitternya. Ku baca TL-nya (Time Line)
yang isinya seperti ini:
@rosyiq hpku ilang lek, aku yo ora oleh kabar opo2.. lha pak piye sidone? RT@phaladitama:@rosyiq lah aku ora dikabari
Jujur
tak tega aku membacanya. Rasanya aku ingin menangis dan memberikan HPku
padanya.
Kalau
dilihat aku dan dia sangat berbeda. Aku yang sangat aktif tiap hari menggunakan
HP untuk berkomunikasi dengan teman-temanku sedangkan dia memang kurang begitu
menggunakannya. Jika pulsaku habis aku pasti bergegas untuk mengisi ulang,
sedangkan dia jika pulsanya habis menunggu ada hal penting baru dia isi ulang
pulsanya. Aku merasa bersalah sebenarnya.
Kalau
aku mempunyai cukup rejeki akan ku belikan HP untukmu adikku.
Kesulitan
demi kesulitan di masa kuliahnya ini memang membuatnya harus terus berusaha
tabah dan sabar. Berbagai masalah akan membuatmu lebih dewasa dan menjadi orang
yang kuat di masa mendatang.
Semakin tinggi tekanan yang diberikan kepada suatu benda maka akan membuat daya lentingnya juga akan semakin tinggi. Percaya itu!
Dan
harus yakin suatu saat kesulitan-kesulitanmu yang sekarang ini akan menjadi
kemudahan di masa mendatang. Cita-cita mulyamu pasti akan terwujud. Tetaplah
tabah, sabar, berusaha dengan sungguh-sungguh, dan tak lupa untuk berdoa
kepada-Nya.
Sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan.
Doaku
selalu menyertaimu adikku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang keras memberi komentar yang berbau SARA dan hal Porno.