Sabtu, 03 Desember 2011

Hipotesis Runtuhnya Jembatang Tenggarong

Minggu, 27 Nopember 2011 jelas menjadi hari yang buruk bagi dunia konstruksi Indonesia. Sebuah jembatan raksasa yang ada di Kutai Kartanegara yang umur rencananya hingga 100 tahun tiba-tiba runtuh, padahal baru berumur 10 tahun, sungguh ironi bagi dunia konstruksi tanah air. Jelas ini menjadi PR besar bagi para engineer baik itu yang ada di institusi pendidikan (dosen dan mahasiswa), pemerintahan (pegawai DPU), atau swasta yang bergerak di bidang konstruksi. Karena mereka lah yang  punya wewenang, mengerti, dan lebih paham tentang itu. Bukan orang lain. 

Jembatan Tenggarong Kutai Kartanegar di malam hari
Di institusi pendidikan, terutama perguruan tinggi yang fokus pada bidang ini yakni teknik sipil pasti kejadian ini akan dijadikan pokok bahasan dalam beberapa mata kuliah. Mungkin setiap dosen sipil entah itu yang mendalami bidang lingkungan, air, jalan, bangunan, dan lain sebagainya akan menjadikan ini sebagai bahan diskusi yang menarik tentunya. Karena dengan begitu akan terjadi transfer ilmu dan syukur kalau bisa menemukan alasan kenapa itu bisa terjadi beserta solusinya.


Baja ringan
Dalam beberapa hari ini dari beberapa kuliah yang aku ikuti dosen pasti membahas hal itu, walaupun cuma sebentar dan secara garis besarnya saja. Tapi beberapa argumen dosen menanggapi tentang runtuhnya jembatan Tenggarong itu hampir sama. Mungkin karena mereka lah pakar di bidang itu dan pengalaman mereka yang memang sudah diakui jadi tak heran jika argumen-argumen mereka itu kuat dan logis. Seperti salah seorang dosen yang fokus di bidang Struktur Beton mengatakan kalau runtuhnya jembatan Tenggarong itu disebabkan karena faktor teknis pada saat melakukan maintenance (perawatan). Karena memang waktu itu sedang diadakan perbaikan dan perawatan di jembatan itu oleh pekerja. Diduga pekerja ada yang salah melepas baut yang mengikat antara struktur baja pada jembatan. Karena sifat dari baja adalah lentur jadi apabila baja itu ditarik dan diberi ikatan kemudian ikatan itu dilepas makan yang terjadi adalah kres pada baja itu dan seakan-akan timbul tekanan balik yang sama kuatnya dengan kekuatan saat baja itu diikat.

Kondisi Jembatan Tenggarong setelah runtuh
Dosen lain yang mengambil fokus jalan pun juga sempat berkomentar tentang hal itu, beliau mengatakan tidak logis kalau itu salah pada perencanaannya. Karena jembatan itu sudah berdiri selama 10 tahun, kalau salah perencanaan harusnya tidak lama setelah jembatan itu berdiri akan terjadi runtuh, bahkan dalam waktu beberapa bulan saja itu sudah bisa terjadi. Beliau menambahkan jadi kalau secara logisnya runtuhnya jembatan itu disebabkan faktor teknis manusia yang lalai pada waktu perawatan. "Memang di Indonesia itu kalau belum rusak parah tidak bakal diperbaiki. Perbaikan hanya akan dilakukan jika sudah benar-benar parah," begitu ujar beliau.

Pakar lain dari UGM juga memunculkan hipotesisnya tentang alasan runtuhnya jembatan ini. Mereka mengatakan bahwa runtuhnya Jembatan Mahakam II Tenggarong disebabkan kegagalan konstruksi pada alat penggantung kabel vertikal (sadel dan klem) bagian atas yang menghubungkan dengan kabel utama. Akibatnya, jembatan beserta kabel penggantung vertikal jatuh.

Prof Ir Bambang Suhendro MSc PhD di Gedung Pusat UGM,yang juga ketua tim penyelidikan jembatan runtuh dari UGM, menyatakan, klemnya masih utuh, tetapi baut dan murnya gagal bergeser. Ada dua hipotesis skenario alasan sistem baut dan mur sambungan mengalami kegagalan geser.

Pertama, belum diantisipasinya kegiatan perawatan dalam perencanaan. Akibatnya, ketika pelaksana perawatan jembatan mengendurkan salah satu hanger atau sistem sambungannya, beban yang didukung hanger tersebut akan dilimpahkan utamanya ke hanger-hanger terdekat secara mendadak.

Jembatan Baja Non-Kabel


Jika tidak mampu menahan limpahan beban, hanger akan putus secara tiba-tiba sehingga menimbulkan hentakan yang mampu mengakibatkan efek domino memutus sistem sambungan berikutnya, sampai seluruhnya runtuh dalam waktu singkat.

Hipotesis kedua, gagal geser yang terjadi akibat kelelahan baut dan mur akibat pengaruh kelelahan bahan. Di bidang yang patah permukaannya menghitam yang menandakan sudah ada retakan awal utamanya pada baut dan mur sistem sambungan antara kabel utama dan mur.

Untuk jelasnya mungkin kita hanya bisa menunggu kepastian alasan yang jelas dari pihak yang paling berwenang yakni Bapak Mentri Pekerjaan Umum, Joko Kirmanto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang keras memberi komentar yang berbau SARA dan hal Porno.