Minggu, 11 Desember 2011

Tetap Sabar dan Tabah Kawan!

Kehidupan tak selamanya mudah dan tak selamanya sulit
Mungkin kalimat di atas bisa menggambarkan betapa kehidupan itu sangat variatif. Mungkin dulu kita pernah kaya, segalanya mudah, tiap hari makan enak. Atau sebaliknya dulu kita sangat miskin, tak punya apa-apa, untuk makan saja kita bingung, hari ini kita makan tapi besok kita entah masih bisa makan atau tidak. Tapi ingat, kita hidup itu harus berusaha. Berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan diri sendiri dan terkadang juga kebutuhan orang lain. Dari kita berusaha itu nantinya kita akan memetik buah usaha kita. Yang dulu kita miskin karena kita berusaha sekuat tenaga hingga akhirnya kita sekarang jadi kaya. Ada juga yang dulu kita kaya akhirnya jatuh miskin karena mungkin apa yang kita usahakan kurang maksimal. Ya begitulah kehidupan, tak selamanya mudah dan tak selamanya sulit.

Tadi sore aku ditelpon oleh ibuku. Mungkin karena sudah lumayan lama kami tidak berkomunikasi, sekedar menanyakan kabar, basa-basi, aku tanya tentang kondisi keluarga dan kampung halaman, dan ibu pun balik tanya tentang kondisi kuliahku di sini. Yah, namanya seorang ibu dan anak yang terpisah pasti akan muncul rasa kangen.

Setelah bicara banyak tentang itu tiba-tiba ibu bertanya tentang keadaan seorang temanku di sini. Beliau bertanya bagaimana keadaannya, apakah dia di sini ngirit, dan tentang kondisi keuangannya. Dan aku pun balik tanya kenapa ibu bertanya seperti itu. Ibu pun bercerita tentang keadaan keluarga temanku ini di rumah. Kata beliau kondisi keluarganya memprihatinkan, usaha orang tuanya mulai meredup, dan yang paling membuatku kaget adalah bahwa kabarnya rumahnya mau disita oleh Bank. Tetanggaku di rumah ada yang mengetahui dari pihak Bank kalau memang rumahnya mau disita. Mungkin terbelit utang yang jumlahnya pastinya banyak.

Sempat shock aku mendengar kabar itu. Setauku di sini dia biasa-biasa saja. Memang dia mulai melakukan pengiritan dan perhitungan tentang pengeluaran bulanannya. Mungkin dia sudah menyadari bahwa mahasiswa harus pandai-pandai dalam mengatur keuangan, jangan sembarangan.

Kalau dilihat dari rumahnya memang dia tergolong kaya, rumahnya besar, usaha orang tuanya terlihat lancar. Produksi barang-barang konveksinya masih terus jalan setauku.

Aku kadang dicurhati tentang kondisi ekonomi keluarganya yang memang sedang tidak stabil. Tak seperti dulu katanya. Banyak relasi bisnis orang tuanya yang curang. Ayahnya ditipu oleh relasinya. Memang itulah risiko dari seorang wiraswasta, harus siap menghadapi yang namanya bangkrut. Tapi aku pikir kondisinya tak separah seperti apa yang diceritakan oleh ibuku.

Memang dalam kehidupan itu kadang kita di atas dan kadang di bawah. Mungkin dulu mereka merintis usahanya benar-benar dari nol hingga akhirnya kaya dan sukses, sekarang mungkin bangkrut. Berharap dan berdoa semoga kemudian mereka bisa bangkit lagi. Kasihan sekali jika melihat dia masih punya banyak adik yang masih kecil. Beban terberat dari orang tua ketika mereka harus berjuang keras untuk membiayai anak-anak mereka, terutama pendidikan. Karena memang pendidikan adalah hal yang sangat penting.

Dia yang baru semester satu, perjalanannya masih panjang. Tak bisa membayangkan kalau dia putus gara-gara hal ini. Ya Allah semoga tak seperti itu. Masa depannya masih panjang. Semoga dengan ini dia bisa semakin tahu dan menghargai setiap apa yang dia miliki. Semoga dia menjadikan keadaan keluarganya yang seperti sekarang ini sebagai motivasi untuk meraih kesuksesan dan cita-citanya. Terutama cita-citanya ingin membiayai sekolah adik-adiknya dan membahagiakan orang tuanya.

#merenung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang keras memberi komentar yang berbau SARA dan hal Porno.